Tawaran Muthahhari untuk Generasi Muda

Jika Anda memiliki anak dan kebingungan memahami keadaan sekeliling, gelisah karena anak perempuan Anda lebih suka nongkrong di mal daripada di pengajian atau anak laki Anda lebih suka bermain band dan berlama-lama di internet daripada ngobrol dengan orang tuanya, barangkali buku saku “Bimbingan Untuk Generasi Muda” karya Murtada Muthahhari dapat membantu Anda.

Tapi tentu saja bagi generasi muda buku inipun layak untuk bercermin, melihat orang tua mereka, kenapa orang tua mereka tidak menarik untuk dijadikan teman ngobrol. Kesalahan ini patut ditanyakan pada orang tua, kenapa orang tua tidak terlalu tertarik pada agama sehingga tidak ada sesuatupun yang penting dari agama untuk anak mereka.

Satu kutipan dari Rasulullah Saw yang cukup kuat dari buku kecil ini, “Kaum mudamu yang terbaik adalah orang yang menyerupai orang-orang tua kamu dan orang-orang tua kamu yang terburuk adalah orang-orang yang menyerupai orang-orang muda kamu.” Pesannya, jangan salahkan anak muda yang asing dengan agama jika orang tua mereka tak tertarik pada agama, jangan tuntut anak muda untuk hidup sesuai ajaran Islam jika orang tua mereka hidup dengan nilai di luar Islam.

Muthahhari jeli melihat kondisi generasi kedepan. Dia menawarkan bahwa tiap generasi umat Islam bertanggug jawab pada zamanya di mana dia hidup, dan generasi pengganti berikutnya. Muthahhari memberi contoh bahwa kita tidak akan bingung melihat keadaan di sekeliling kita jika kita mengenal zaman itu dengan baik. Generasi Muda di negaranya saat Muthahhari hidup begitu gandrung dengan pemikiran marxis. Beliau sadar bahwa generasi muda waktu itu memperoleh jawaban dari ajaran marxis, sehingga Muthahari berusaha menjawab pertanyaan anak-anak muda bersumber dari ajaran Islam.

Setelah mengidentifikasi masalah-maalah generasi muda dan  berusaha menjawab lewat karya dan ceramahnya, Muthahari memberi penekanan, bahwa kunci membimbing generasi muda adalah pengetahuan. Tanpa pengetahuan kita tidak akan mengenal zaman kita.

Kemudian apa relevansinya dengan zaman kita sekarang? Jika kita bandingkan generasi Muthahhari dengan generasi muda, terutama di Indonesia, sekarang, tentunya akan di temukan banyak persoalan, misalnya sekulerisme, agnotisme, dan hedonisme menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh generasi tua. Seberapa jauh orang tua mempunyai taji mampu bersaing dengan rayuan iklan di TV, google, akan menentukan nasib anak muda, belum lagi dengan rayuan-rayuan dari tokoh agama yang dangkal pengetahuan agamanya tapi diikuti sebagian generasi muda.

Muthahhari mengingatkan dalam buku kecil ini bahwa dalam menyampaikan kebenaran kita harus menggunakan akal dan al-Quran sebagai argumentasi, bersikap persuasif, dan santun. “Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan berargumentasilah dengan mereka dalam cara yang terbaik. Tuhanmu lebih mengetahui siapa orang-orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia juga lebih mengetahui siapa orang-orang yangmendapat petunjuk jalan-Nya”.

Buku ini cukup ringkas, dan lebih terkesan menasehati dibanding mengajak berdebat, tetapi jika kita mencoba menemukan kesulitan-kesulitan zaman Muthahhari kemudian merefleksikannya pada keadaan sekarang, maka kita akan seperti mendengar ceramah Muthahari di masjid Istiqlal, yang sedang berbicara tentang isu-isu kontemporer.

Oleh: Muhammad Ma’ruf

(Sumber: IRIB Indonesia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *